Bagaimana membuat tubuh lentur dengan gerakan Yoga menjadi satu dari sekian banyak pertanyaan yang saya terima setiap kali mendengar kata Yoga. Saya tidak terlahir dengan bentuk tubuh yang lentur dan elastis. Dan saya tidak dibesarkan untuk menjadi sebagai seorang penari ataupun balerina. Tapi bisa dipastikan setelah berlatih bertahun-tahun di dunia Yoga kelenturan tubuh saya pun berubah.
Saya melihat dari sekian banyaknya peserta Yoga. Dan saya mengambil kesimpulan bahwa tubuh lentur tidak ditentukan oleh jenis kelamin, bentuk tubuh, umur, ataupun berat badan. Jadi bisa dibilang fleksibilitas menjadi misteri yang harus dipecahkan oleh setiap pelaku untuk diri nya sendiri.
Ketika saya mencoba membuka kaki lebih lebar dari yang biasa saya bisa lakukan. Yang pasti kening saya pun mengkerut. Ada keraguan dalam pikiran saya. Kira-kira bisa nga sich saya melakukannya? Sekujur tubuh saya keringat dingin. Tapi saya tau ada batas dari diri saya yang ingin melakukan lebih dari yang bisa saya lakukan. Ini bukan tentang memaksakan diri. Tetapi tentang mendengar dan tau sampai dimana batas kemampuan kita sendiri.
Fleksibilitas lebih kepada pikiran bukan pada tubuh
Dalam pelajaran Yoga, guru saya selalu menekankan kepada latihan fisik, mental, emosional. Ketiga hal ini haruslah balance atau seimbang. Kadang kala kita terlalu memaksakan diri kita hanya pada latihan fisik tanpa menyadari pikiran dan emosional kita. Jika pikiran dan emosional kita rileks otomatis tubuh pun fleksibel atau lentur. Mungkin sekilas itu terlihat terlalu mengada-ada. Tapi saya sudah membuktikan dan hal tersebut benar adanya.
Sepanjang latihan yoga, ada beberapa gerakan yang alurnya dapat mengarahkan perhatikan mental dan emosional kita kebagian yang meregangkan pikiran. Seperti contoh, pada setiap gerakan atau alur yoga para yogi diminta untuk mengatur nafas dan ritme tubuh sepanjang gerakan. Gerakan mengatur nafas atau ritme tubuh ini disebut dengan pranayama yoga. Dan saya rasa inilah yang membuat Yoga berbeda dengan olahraga pada umumnya.
Jika didalam tahapan ini mental dan emosional kita sudah stabil, otomatis tubuhpun sudah siap melakukan gerakan yang menuntut fleksibilitas yang lebih rumit.
Fokus pada proses bukan tujuan
Saya rasa point ini berlaku untuk semua hal dalam kehidupan. Tetapi karena kita membahas mengenai Yoga, maka saya mencoba menjelaskan dari perspektif yoga. Sering sekali dalam kelas, saya dituntut untuk mengajarkan kepada teman-teman mengenai gerakan-gerakan yang lebih ektrim. Semisal headstand ataupun acro yoga yang menuntut tingkat kemampuan yang lebih tinggi.
Nah disini saya mesti bijaksana melayani permintaan dengan jawaban yang baik. Karena jika saya menuruti permintaan tersebut, sedangkan tubuh mereka belum siap untuk diberi gerakan-gerakan yang ektrim yang ada tubuh mereka shock dan terjadi cedera. Ujung-ujung nya membahayakan tubuh kita sendiri.
Kadang kala kita terlalu terikat pada suatu tujuan atau pose tertentu tanpa melihat kemampuan tubuh kita sendiri. Padahal tujuan sebenarnya dari yoga adalah menikmati pose demi pose dan melihat proses dari tubuh kita sendiri. Ketika saya memulai berlatih yoga, saya tau dengan persis bagaimana saya kesusahan untuk mencium lutut saya sendiri. Tapi selang bertahun-tahun saya dapat dengan mudah mencium lutut malah melebihi jangkauan lutut sekalipun. Dan saya menikmati proses tersebut minggu demi minggu dan bulan demi bulan.
Fleksilitas seperti membuka simpul
Istilah ini saya dapat dari seorang Yogi terkenal yaitu Kino Macgregor.
Flexibility is like untying a knot. If you just pull and force it, you’ll end up making it worse. The body has its own time to release the tension, it will unwind when it’s ready, like a flower blooming, and not a moment before. Spring flowers don’t open in winter for a reason. The fall harvest isn’t ready in the spring for a reason. Your body has its rhythm and its reasons. The yoga practice is about tuning in, feeling, listening and respecting the intelligence of the body.
Fleksibilitas seperti membuka simpul. Jika kita menarik dan memaksanya, akan membuatnya semakin buruk. Tubuh memiliki waktu sendiri untuk melepaskan ketegangan, ia akan bersantai ketika sudah siap, seperti bunga yang mekar, dan tidak sesaat sebelumnya. Bunga musim semi tidak terbuka di musim dingin karena suatu alasan. Panen musim gugur belum siap di musim semi karena suatu alasan. Tubuh memiliki irama dan alasannya. Latihan yoga adalah menyetel, merasakan, mendengarkan, dan menghormati kecerdasan tubuh.
Menjadikan Tubuh Lentur dengan gerakan Yoga, dibutuhkan Komitmen dan Disiplin Yang Tinggi
Melatih tubuh lentur dengan gerakan yoga menuntut disiplin yang tinggi. Kadang dalam perjalanan latihan, kita terganggu dengan lingkungan sekitar kita. Sudah berlatih dan berdisiplin dengan sungguh-sungguh ternyata hasil yang didapat tidak semaksimal yang kita harapkan. Justru teman atau orang disekitar kita lebih luwes dan lentur daripada kita. Yang ada membuat kita menjadi lebih stres dan frustasi.
Fleksibilitas menyangkut disiplin pikiran dan pengalaman tubuh. Jika tujuan utama hanya menyangkut pose atau asana. Saya yakin bahwa perjalanan saya akan Yoga pasti hanya seumur jagung. Lelah dan stres karena tujuan yang saya inginkan tidak tercapai. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Semakin saya menikmati proses tubuh, saya semakin bergairah dan lebih giat lagi berlatih. Karena saya merasakan perubahan tubuh saya menjadi lebih baik. Tubuh lentur dengan gerakan yoga membuat saya lebih mengenal kemampuan dan batasan yang bisa saya capai.
Saya kirain selama ini yoga hanya untuk kesehatan. Ternyata berkat yoga tubuh juga bisa lentur seperti pesenam. Selamat, Adelina.
Terima kasih Uda. Karena badan dilatih untuk ditekuk yang ada tubuh jadi lentur berkat Yoga 🙂
wah ternyata harus mental dan emosioal dulu ready ya … baru bisa fleksibel .. bagi saya yang awam .. fleksibelitas hanya berhubungan dengan fisik saja .. haha
jika emosi dan mental sudah siap ternyata efeknya besar terhadap kelenturan. aku juga baru paham.
Tubuh menuruti kata hati ya Lina. Kesiapan hati mengawali keseiapan lentur. Selalu senang menikmati postingan yoga dari Lina. Salam sehat, namaste
sehat-sehat selalu buat kita semua yach bu.
Apa yoga juga cocok untuk cowok ya mbak?
bisa bangat. nga cewek atau cowok, tua atau muda, dapat mempraktekkan yoga sesuai kemampuan tubuh masing-masing.
Wahaaaa keren sih ya, Mba, orang-orang yang emang menggeluti Yogaaa. Bisa selentur ituuuuuuu looooh wkwkw
Setuju Febri. Kalau lihat foto-foto yoga di internet keren-keren dech.
Aku termasuk yg ga lentur blas nih Lin, apalagi kalo udh back bend tuh, menyeraaaah hahahaha
aku juga bermasalah ama punggung Orin, hanya yach gitu mesti semangat berlatih.
Saya juga tertarikikut yoga tp blm jadi2, hehe
Yukkk lah mbak dimulai. Kalau nga dimulai-mulai pasti nga bakalan jadi. hehehehehe
Iya nih Mba…kudu maksain hati yaa…
🙂
Iya nih Mba…kudu maksain hati yaa… karena kalau ngga,ngga bakal jadi2
benar itu, pertamanya doang yang susah setelah nya pasti suka hehehehe. mesti ada temannya mbak biar semangat.
Okee mbaa..makasiiih yaa udah kasih semangat ginii… 🙂
sama-sama mbak. kadang kalau aku malas juga butuh orang yang ngemangatin hehehehehe..