Tanggal 5 Januari adalah tanggal dimana sahabat saya berulangtahun. Dan sejujur-jujurnya setiap bergantinya tahun dan giliran dia yang berulangtahun, saya selalu nga punya ide. Apa tepatnya kado untuk sahabat saya ini. Saya nga mau hadiah yang saya siapkan tidak pas buat dia. Tapi setiap kali saya tanya selalu nga ada jawaban mengenai barang apa yang lagi dia inginkan atau perlu.
Yaiyalah mana ada orang yang mau ngasih tau dia perlunya apa dan maunya dikasih apa? Tapi serius saya emang orangnya apa nga peduli, nga perhatian atau gimana yach. Setiap kali ada teman yang berulang tahun saya benar-benar nga tau mau ngasih kado apa. Dan justru memberi kesempatan teman yang lain untuk memutuskan mau beli apa, saya tinggal saweran dech.
Kado untuk Sahabat.
Dan untuk tahun ini saya cukup takjub dengan jawaban beliau ketika saya tanya dianya mau apa? Melalui surat elektronik dia menjawab. Bahwa kado yang dia inginkan adalah supaya saya mengirimkan uang dengan nominal yang sama dengan barang yang saya budgetkan untuk membeli kado dan ditransfer ke yayasan ayo lanjut sekolah.
Mengenai yayasan ayo lanjut sekolah mungkin akan saya ceritakan dihalaman yang berbeda. Tapi entah kenapa saya sangat senang dengan jawabannya dia. Bahwa kadang ketika kita memberi kado untuk sahabat tidak melulu berupa barang. Dan saya sangat terpesona dengan jawaban dia, karena justru dihari yang spesial buat beliau, saya diajarkan untuk memberi kepada orang lain.
Dihari yang khusus buat dirinya sendiri, dia masih memikirkan orang lain yang sedang berjuang mandapatkan pendidikan. Dan saya sebagai sahabatnya justru diberi kesempatan memberi dan menjadi sarana untuk orang lain. Bagi saya pribadi kesempatan ini adalah kado untuk sahabat yang paling terbaik yang pernah saya beri.
Pertemuan pertama kali dengan sahabat saya.
Saya mengenal beliau 18 tahun yang lalu. Setahun pertama setelah saya masuk kuliah, saya sempat ngekost diarea dekat dengan kampus. Tapi setelah setahun ditempat pertama, saya memutuskan untuk mencari suasana dan teman kost yang baru. Akhirnya saya pindah keperumahan BATAN Indah, dimana perumahan ini merupakan komplek karyawan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) yang ada di Serpong.
Walaupun kost yang ada disini agak jauh dari kampus tetapi saya suka suasana komplek disini, saya masih melihat pekarang dan halaman yang luas. Pohon-pohon, tanaman dan binatang ada dimana-mana. Hubungan dengan tetangga sangat dekat dan anak-anak masih dengan leluasa bermain disekitaran rumah. Benar-benar berasa di kampung dech.
Selain saya banyak juga sich anak-anak kampus yang ngekost disini. Karena banyaknya teman kampus yang tinggal disini jadi kalau ada tugas kita masih bisa leluasa belajar ke rumah teman yang beda gang sampai larut malam. Kadang nga hanya tugas, sering kali kami singgah dan main ke rumah tetangga yang adalah teman kampus hanya sekedar nonton film seri sampai besok paginya. Karena nonton film drama berseri lebih enak ditonton rame-rame ketimbang nonton sendiri yang ada malah tertidur.
Di kostan ini lah saya bertemu dengan sosok Nik. Kami serumah ada 6 orang tapi dari kami berenam saya dan Nik lah yang paling dekat. Karena dari 6 orang tersebut sepertinya hanya kami berdua yang setia tinggal disana sampai akhirnya rumah tersebut dijual. Sedangkan yang lainnya silih berganti datang dan pergi dikarenakan setelah lulus mereka mencari kerja dipusat kota Jakarta atau kembali ke kampung halaman.
Sosok sahabat saya.
Di hari pertama saya tinggal di rumah ini, saya tidak terlalu memperhatikan kehadiran beliau. Karena pada saat saya dan yang lainnya sedang memasuki masa-masa kuliah, hanya dia seorang yang sudah bekerja. Pagi-bagi sekali dia sudah berangkat ngantor ngejar kereta dan malam hari dia sampai dirumah. Jadi waktu pertemuan sangat sedikit, diawal-awal saya jarang ngobrol dengan dia.
Ketika menulis ini, saya akhirnya sadar dan berusaha memposisikan diri saya seperti beliau. Mungkin didalam hati kecilnya saat itu dia pengen sekali seperti kami-kami yang mana dengan modal dari orangtua bisa menikmati pendidikan. Bisa leha-leha dan senang-senang dari uang yang dikirim dari kampung. Sedangkan dia harus berjuang seorang diri menafkahi hidup.
Beliau tamat dari SMEA di Bali, hanya bermodalkan satu orang yang tidak begitu dia kenal. Berani melangkah keluar dari Bali dan ikut orang ini mengarungi kejamnya kota Jakarta hanya untuk mencari sesuap nasi. Semua profesi rasanya sudah pernah dia geluti dengan pikiran bagaimana mendapatkan uang untuk makanan saja sudah cukup.
Tidak ada yang mewah dari tampilannya dan kadang baju yang dia kenakan sehari-hari ke kantor adalah pakaiannya kami yang sudah tidak kami pakai lagi. Koq saya jadi sedih yach menulis ini. Maaf yach Nik aku harus cerita, supaya teman-teman tau kenapa kamu punya hati yang sangat besar untuk memperhatikan dan peduli akan orang lain.
Tubuhnya sangat kurus dan raut wajahnya pada saat awal-awal saya kenal sangat tidak terurus. Makan saja dia sering kesusahan dan ketika kita tawarin makanan, sering sekali ngaku kalau dia tidak makan karena lagi menjalankan doa puasa. Walaupun kekurangan dia nga pernah menunjukkan dan tidak minta dikasihani.
Bertahun-tahun tinggal dirumah yang sama akhirnya saya sangat dekat dengan Nik. Dia seperti saudara dan keluarga saya di kostan tersebut. Akhirnya saya mengerti apa yang dia alami dan apa yang menjadi beban hidupnya. Gimana nga ngerti, orang tiap hari bisa tidur sekasur dan sekamar bareng, belum lagi agenda tiap siang nelphone ke rumah kalau dia tau jadwal kuliah saya disiang hari kosong.
Perjalanan Persahabatan saya dengan Nik.
Tapi seperti yang pernah saya utarakan sebelumnya, saya percaya Tuhan itu tidak pernah diam. Perlahan-lahan hidupnya Nik berubah dan terus naik. Tidak berapa lama kemudian pada saat saya menyelesaikan tugas akhir, rumah yang kami tempati selama bertahun-tahun dijual. Dimana ibu kost memutuskan pindah ke Bandung karena anaknya sekolah disana. Saya dan Nik pun berpisah dan tidak pernah kontak-kontakan lagi selama beberapa tahun.
Sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu akhirnya saya memberanikan diri menghubungi dia. Memulai lagi apa yang dulu kita pernah jalani, wkwkwk.. bahasanya kayak orang pacaran saja. Dimasa-masa dimana saya merasa kehilangan sosok sahabat saya ini disitulah saya mencari dia. Dan untungnya dia tidak pernah mengubah nomor telephone sehingga saya masih bisa menghubungi beliau.
Setelah saya pikir-pikir lagi memang jedah beberapa tahun tidak berkomunikasi membuat pribadi masing-masing kami menjadi dewasa. Sehingga ketika bertemu lagi kita sudah sama-sama memahami dan tidak gampang kecewa ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan.
Arti Persahabatan yang saat ini kami jalani.
Nik adalah seorang teman yang amat sangat murah hati, enerjik dan selalu positif melihat kehidupan. Makin kesini saya merasa beruntung sekali punya sahabat seperti beliau. Dan 2 tahun belakangan ini kita mencoba membuat persahabatan kami menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sehingga bisa dipastikan tahun 2016 adalah tahun kerja keras.
Tahun dimana kami belajar bersinergi dengan orang lain dan membuat sesuatu yang positif. Dimana tahun ini kita mencoba untuk membuat beberapa event dengan menjaring potensi-potensi yang ada dilingkungan pertemanan kami. Misi tersebut Nik cetuskan ketika membentuknya komunitas Sahabat IDC yang mana komunitas tersebut berisi orang-orang yang cinta akan Indonesia.
Awalnya saya berkomentar kalau misi tersebut sangat muluk-muluk dan terlalu luas jangkauannya. Tetapi setelah saya ikuti dan tenggelam dalam komunitas tersebut saya mulai mengerti, bahwa sebenarnya beliau ingin merangkul teman-teman yang ada disekitarnya untuk berbuat sesuatu dari apa yang masing-masing teman geluti atau sukai.
Sahabat dan Juga Patner Kerja.
Seperti contohnya Arnis, yang adalah salah satu sahabat IDC punya keinginan untuk membuat Taman Bacaan ditempat dimanapun dia ngetrip. Sekarang taman bacaan tersebut sudah ada dibeberapa tempat, yang saya tau pasti ada di Selayar, Komodo, Lombok. Dan kita sebagai temannya Arnis akan concern membantu menggalang dana sebisa mungkin demi majunya taman bacaan tersebut.
Demikian juga dengan teman-teman yang lain seperti Bhekti, Arum, Deasy, Iva, Yudhi yang tergabung dalam sahabat IDC Bandung. Mereka yang adalah dosen dan karyawati yang bergelut didunia pendidikan. Dengan profesi yang ada, mereka berusaha merangkul teman-temannya mereka untuk melakukan sesuatu dilingkungan Bandung.
Begitu juga Bima, sahabat IDC Malang yang adalah editor majalah perjalanan. Dengan keberadaan beliau, Bima berusaha semaksimal mungkin membantu petani kentang dan tomat yang sangat kesusahan diarea sekitar gunung Bromo.
Masih banyak teman-teman yang lain yang punya prestasi sama bagusnya dengan teman-teman yang saya sebutkan diatas, kalau saya sebut satu-satu akan sangat panjang. Saya menceritakan ini semua bukan untuk membangga-banggakan Nik yang adalah sahabat saya.
Sosok sahabat yang selalu mendukung.
Tapi saya sangat kagum dan memuja bagaimana seorang Nik yang hanya berlatar belakang pendidikan SMEA. Berusaha merangkul dan menyediakan waktu, tenaga serta pikiran supaya sahabat-sahabatnya maju. Menjalin silahturami secara personal ketiap-tiap orang dengan rutin. Yang mana saya saja menghubungi satu orang saja dan dengan konsisten menanyakan “bagaimana kabarmu teman?” itu aja malas nya minta ampun.
Jadi sesungguhnya tulisan ini saya buat semata-mata untuk mengucapkan terima kasih buat apa yang telah kamu lakukan. Mungkin banyak orang memandang mu sebelah mata karena kurangnya pendidikanmu. Banyak orang yang menyepelakanmu karena kamu tidak semenarik orang lain. Kadang tutur katamu cepat bagai kilat dan susah dimengerti oleh orang lain.
Tapi percayalah, usahamu tidak akan terbuang sia-sia. Dan semakin bertambah nya usia, kamu akan medapatkan hasil yang nantinya akan amat sangat luar biasa. Yang mana pastinya lebih dari apa yang kamu bayangkan. Dan aku rasa ini lah kado untuk sahabat yang bisa aku berikan. Semoga kamu bahagia yach. Happy Birthday Nik.
Salut sama teman Adelina yang dari Bali itu. Dia adalah tipe pejuang.
Orang nya memang pejuang mas. Nga salah kalau dia bisa jadi seperti sekarang ini. Terima kasih mas Alris.
Baru tau tentang kisah ini. Bacanya di kreta pula. Trus berkaca2. Menginspirasi sekali. Met ultah Mbak Nik!
Terima kasih Safitri. Entar kalau ketemu Nik lagi kita ngobrol/konfirmasi ke orangnya yach, hehehe
Hiks. Nangis. Met ultah Nik. Semoga usianya selalu berkah bagi orang-orang yang kau sentuh. *ambil tissue
Sodorin tissue. Hikss nulis nya aja aku ikutan nangis juga, nangis berjemaah kita.
Happy bday untuk nik..
Wah benar benar hari seluas samudra, sedih bacanya namun benar Tuhan tidak pernah tidur…
Setuju Ria. Berangkat dari kisah hidupnya, akhirnya dia bisa melakukan hal-hal positif untuk orang lain.
waah.. keren temennya.. ehiyaa.. sempet baca nama NIK bekali2 di blog Dani sama Ryan, kalo ga salah ya 😀
Benar Eda, Dani dan Ryan udah mention berkali-kali. Dan dari ketemuan beberapa kali akhirnya tercetuslah untuk membuat Ngobrol santai tentang ngeblog bersama Dani dan Ryan yang nanti diadakan tanggal 23 Januari.
salutttt….
saya nggak pernah ngasih kado kalau sahabat ultah 😀
Sebenarnya nga harus juga sich mas. Kadang aku juga nga ngasih koq. Hanya kalau lagi pengen ngasih ada perasaan senang aja kalau tau kado yang kita kasih membuat beliau senang. Hehehehee.
kalian berdua memang luar biasa yaaaa, semoga gak lelah untuk terus menginspirasi. Salut 🙂
Terima kasih yach Dita, doain selalu yach semoga kedepan makin terus berkarya yang lebih lagi.
Lina, Terima Kasih banyak ya.. Gue terharu ..2 tahun berturut lu sudah buat gue terharu dari kado lu..
Semoga kita terus melangkah bersama dan memjadi berkat buat di sekeliling kita.
Buat Teman2 yg lain Terima Kasih ya ucapannya , Salam Kenal buat yg belum kenal hehehe..
Amin. Jangan nangis lagi loh yach. Hiksss..
Menjelang jam 12 malam baca tulisanmu aku jadi terharu banget Lin, sampai berkaca2. Beruntunglah kalian saling bertemu dan dipertemukan. Semoga ketika ujian persahabatan datang menghampiri, kalian tetap kokoh ya.
Aminnn Deny. Disaat kita pisah itu adalah saat dimana kita berselisih paham dan memang moment itu dipakai untuk kita saling menundukkan keegoan kita masing-masing. Dan semoga kalau menemukan ujian lagi kita bisa mengatasinya dengan kepala dingin.
hikks…. i love u Nik…. hikkss…. *adel tgjwb loh ya kalo bosku liat aku nangis!*
Kita nangis barengan teh Iva. Menulisnya aja membuat ku berderai air mata.
Lin… tanggung jawab! ini gw berkaca-kaca layaknya Nik pas cerita soal Partikel di The Breeze kemarin itu.
Happy belated bday again Nik. Makasih juga ya Lin dah mengenalkan sosok Nik dalam hidup gw. :'(
Sama-sama Ryan. Hehehe. Langsung melow yach bacanya.
The greatest gift in life, for me, is best friend.
Bahagia sekali mbak Adelina bisa bertemu dengan seorang Nik. Inspiratif dan sangat mengharukan membaca kisahnya, yang saya yakin masih banyak lagi kisah-kisah lainnya nanti
Benar mas, tidak ada yang lebih berharga dari nemu sahabat yang cocok buat kita dan mau maju bareng-bareng yach!
Tulisan ini merupakan persembahan terindah dari sahabat. Bisa dibayangkan gimana bahagianya ka Nik membaca tulisan ini, aku yang membacanya aja hati langsung bergetar. Thank you adel untuk tulisan indah ini. suka banget!
Terima kasih Adit. Hehehe, kaget dia pas baca ini. langsung nangis. Hikkssss…
So sweet.. what a friendship.. salam kenal mbak Adel dan mbak Nik 🙂
Terima kasih mbak Nurul, senang ketemu dan kenal dengan dirimu.
Senang mengenalmu juga NurulMu..
🙂 perwakilan nurul
Suppeerrr Mba Nik… menginspirasi,,,, jadi inget aku sendiri hehehhe.. =D semangat Mba Nik dan Mba Adel ! p(^o^)q
Terima kasih Ike, hehehe sama-sama yach semangat juga.